Once upon a time in my class, ada suatu kejadian unik begini, ada siswa yang memang vokalis band dengan genre “cadas”, dia selalu teriak2 seperti seorang Chester Bennington (vokalis LP) tiap gw selesai membacakan soal (dalam hati, ni anak gak dibedong kali yah pas masih oroknya:p). Terang aja gw n temen2 sekelasnya kaget, tapi yah mau gimana lagi, menurut teori pembelajaran yang berbasis humanisme, seorang guru juga harus bisa mengerti kondisi anak didiknya, dalam kaskus eh salah, dalam kasus ini perkembangan psikomotor anak tadi juga tidak boleh ditekan atau dihentikan begitu saja tanpa perlakuan yang wajar.
Lanjut lagi ketika mendekati akhir-akhir, dia pun tidak hanya hanya teriak-teriak tetapi ditambah dengan liriknya. Begini liriknya: “Asingkan ragaku dalam gelap Hingga sesak dan terlelap”, baru dua bait lagu, gw pun gak membiarkan dia melanjutkan, kenapa supaya yang lain gak terlambat istirahatnya, hehe. Setelah menyetop siswa itu menyanyi gw berkata ke dia, “kalo mau nyanyiin Last Kiss From Avelin, ulah didieu atuh, tapi di studio!!!!”. Dia dan teman seperguruannya kaget dan menimpali, “ naha geuning bapak apal eta laguna??? (terjemahannya +: kenapa kok bapak tau sih lagunya??? )”. Gw pun cuma tersenyum simpul dan berkata”Cuma tw sedikit, hehehe”. Hampir sekelas pun teriak, “Edan si bapak, Guru plus Rocker juga, uy!!!”, percakapan pun terhenti seiring dengan bunyi bel keluar.
Dari kejadian tadi di kelas, mungkin masih banyak siswa yang beranggapan bahwa guru tuh pasti tahunya cuma materi pelajaran, ahlak dan moral saja yang akan diberikan ke siswanya. Gak salah sich anggapan tersebut, padahal mah guru juga manusia biasa yang pernah muda dan pernah menginjak masa remaja, jadi hobi atawa kegemaran di masa remajanya, gw rasa gak bakal mudah hilang begitu saja. Seperti gw yang tadi sering denger jadi tau lagu-lagu rock, punk atau apalah yang bergenre teriak-teriak nggak jelas, atawa mungkin ada guru yang dulunya pinter n jago mengolah si kulit bundar atawa guru-guru yang wanita masih suka nonton film-film kartun macam sailor moon or doraemon, semua kegemaran ituh (mungkin) masih dilakukan sampai saat ini.
Bagi gw pribadi gak masalah n bukan suatu hal yang salah, guru masih melakukan hobi-hobi tersebut, asalkan di saat mereka mengajar, di saat mereka mendidik dan bertemu siswa di kelas, mereka masih memegang teguh prinsip-prinsip dan etika sebagai guru ataupun pengajar. Bahkan hobi atawa kegemaran di masa remaja itu dapat menjadi nilai plus ketika mengajar, karena antara dunia kita dan dunia siswa tidak begitu jauh perbedaannya, sehingga kita bisa dekat dan bisa menjadi teman belajar mereka, bukan hanya menjadi “orang tua” yang yang selalu terus-menerus mengoceh di depan kelas tetapi tidak didengarkan oleh siswa. ^_^
NB: bagi guru-guru, cobalah nonton film yang judulnya “School of Rock”. Met nonton...