Miris juga melihat salah satu sekolah di sudut kota besar yang memiliki fasilitas tak bisa disebut telah “memadai”. Tiap ruang kelasnya hanya dihiasi oleh Blackboard yang harus ditulis dengan menggunakan kapur, lapangannya pun beralaskan tanah lempung, bukan terbuat dari coneblock ataupun beton. Semua kekurangan tersebut ditambah lagi dengan ketiadaan fasilitas penunjang gurunya seperti multimedia projector, jangankan barang tersebut, OHP pun mungkin saja tidak dimiliki. Sekolah yang kita bicarakan ini bisa dikatakan sebagai suatu bukti bahwa kisah seperti dalam novel “Laskar Pelangi” benar-benar ada dan bukan hanya karangan imjinatif Andrea.
Namun seperti pepatah-pepatah orang-orang bijak terdahulu, “don’t jugde the book by the cover”, jangan karena fasilitas yang serba minim tadi, siswa dan guru yang berada di sekolah tersebut dianggap jauh dibawah standardisasi pendidika. Buktinya mereka sangat antusias untuk tetap bersekolah seperti siswa-siswa kebanyakan yang dari sedkolah lain. Aktivitas harian di sekolah tersebut pun tidak bisa dikatakan biasa-biasa saja, contohnya tiap pagi didahulukan dengan mengaji bersama, bersikap santun kepada orang atau pengajar yang baru dikenal atau dilihat, bahkan tetap semangat dan punya kemaua inggi walau harus pulang larut malam untuk mengikuti pelajaran praktek karena harus menumpang di sekolah lain (kelas prakteknya dipakai oleh sekolah yang bersangkutan pagi hingga sore hari).
Semua deskripsi di atas bergerak ke arah 180º ketika kita membicarakan sekolah-sekolah-sekolah yang masih dalam satu wilayah denga sekolah tadi tetapi sudahb bertitel RSBI (bukan singkatan dari Rumah Sakit bersalin Indonesia lhoo yaaaa :P ). Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sekolah bertitel RSBI memiliki fasilitas yag serba waah an tak kekurangan satu apapun, mulai dari ruangan yang ber-AC, Multimedia Projector di setiap kelasnya, lantainya pun beralaskan keramik sampai dengan guru yang hampir semua sudah diakreditasi. Namun selalu ada kata tetapi lagi dari semua kondisi yang hampir mendekati kesempurnaan ini, yaitu objek pendidikannya alias siswanya belum sepenuhnya sesuai dengan harapan yang didamba-dambakan, masih banyak siswa bersekolah di RSBI tak tahu dimana letak Negara Turki dan Yunani apabila diberikan sebuah Peta (mungkin tambah bingung apabila ditanya letak selatan dan timur pada peta, hehehe), tak bisa menjumlahkan bilangan (-) dikali dengan bilangan (+) ataupun yang paling “parah”, membaca Surah Al Fatihah pun ada ayat yang terlewat, huuuffft.
Segala kekuarangan-kekuarangan tersebut memang bukan sepenuhnya salah dari guru yang mengajar di sekolah RSBI, tetapi mungkin saja disebabkan oleh faktor “X”, faktor “X” yang dimaksud disini adalah faktor yang hanya dimiliki oleh siswa yang sekolahnya memiliki banyak kekurangan yaitu semangat untuk belajar dan pantang menyerah dengan kondisi yang dimiliki. (salute to all students and teachers in SMKN 1 SoreangJ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar