CATATAN GURU EDAN

Sabtu, 14 April 2012

SEBUAH RESOLUSI, BUKAN HANYA SEBUAH JANJI



GAK ADA YANG BISA MENGHALANGI, TAK ADA YANG HARUS DISEGANI
KITA KAN TUNJUKAN KEPADA DUNIA, KITA KAN BUNGKAM RAGU MEREKA

TAK DA YANG HARUS DITAKUTI,  TERKECUALI PADA ILLAHI RABBI
SEMUA MASALAH PASTI ADA JALAN KELUARNYA, REZEKI PASTI DIBUKAKAN PINTUNYA
TUK ORANG-ORANG YANG ISTIQOMAH, TUK ORANG2 YANG BERPIKIR QANAAH....

INSYA ALLOH JADI MAHASISWA S2 UPI JURUSAN SEJARAH TAHUN 2013.

Jumat, 06 April 2012

Catatan Guru Edan#22: “Guru Rocker???Why Not!!!”



Once upon a time in my class, ada suatu kejadian unik begini, ada siswa yang memang vokalis band dengan genre “cadas”, dia selalu teriak2 seperti seorang Chester Bennington (vokalis LP) tiap gw selesai membacakan soal (dalam hati, ni anak gak dibedong kali yah pas masih oroknya:p). Terang aja gw n temen2 sekelasnya kaget, tapi yah mau gimana lagi, menurut teori pembelajaran yang berbasis humanisme, seorang guru juga harus bisa mengerti kondisi anak didiknya, dalam kaskus eh salah, dalam kasus ini perkembangan psikomotor anak tadi juga tidak boleh ditekan atau dihentikan begitu saja tanpa perlakuan yang wajar.

Lanjut lagi ketika mendekati akhir-akhir, dia pun tidak hanya hanya teriak-teriak tetapi ditambah dengan liriknya. Begini liriknya: “Asingkan ragaku dalam gelap Hingga sesak dan terlelap”, baru dua bait lagu, gw pun gak membiarkan dia melanjutkan, kenapa supaya yang lain gak terlambat istirahatnya, hehe. Setelah menyetop siswa itu menyanyi gw berkata ke dia, “kalo mau nyanyiin Last Kiss From Avelin, ulah didieu atuh, tapi di studio!!!!”. Dia dan teman seperguruannya kaget dan menimpali, “ naha geuning bapak apal eta laguna??? (terjemahannya +: kenapa kok bapak tau sih lagunya??? )”. Gw pun cuma tersenyum simpul dan berkata”Cuma tw sedikit, hehehe”. Hampir sekelas pun teriak, “Edan si bapak, Guru plus Rocker juga, uy!!!”, percakapan pun terhenti seiring dengan bunyi bel keluar.

Dari kejadian tadi di kelas, mungkin masih banyak siswa yang beranggapan bahwa guru tuh pasti tahunya cuma materi pelajaran, ahlak dan moral saja yang akan diberikan ke siswanya. Gak salah sich anggapan tersebut, padahal mah guru juga manusia biasa yang pernah muda dan pernah menginjak masa remaja, jadi hobi atawa kegemaran di masa remajanya, gw rasa gak bakal mudah hilang begitu saja. Seperti gw yang tadi sering denger jadi tau lagu-lagu rock, punk atau apalah yang bergenre teriak-teriak nggak jelas, atawa mungkin ada guru yang dulunya pinter n jago mengolah si kulit bundar atawa guru-guru yang wanita masih suka nonton film-film kartun macam sailor moon or doraemon, semua kegemaran ituh (mungkin) masih dilakukan sampai saat ini.

Bagi gw pribadi gak masalah n bukan suatu hal yang salah, guru masih melakukan hobi-hobi tersebut, asalkan di saat mereka mengajar, di saat mereka mendidik dan bertemu siswa di kelas, mereka masih memegang teguh prinsip-prinsip dan etika sebagai guru ataupun pengajar. Bahkan hobi atawa kegemaran di masa remaja itu dapat menjadi nilai plus ketika mengajar, karena antara dunia kita dan dunia siswa tidak begitu jauh perbedaannya, sehingga kita bisa dekat dan bisa menjadi teman belajar mereka, bukan hanya menjadi “orang tua” yang yang selalu terus-menerus mengoceh di depan kelas tetapi tidak didengarkan oleh siswa. ^_^


NB: bagi guru-guru, cobalah nonton film yang judulnya “School of Rock”. Met nonton...

Catatan Guru Edan#18: Satu Kata, (bisa jadi) Bermakna Ganda


Bila kita ingin menyeberang di jalan raya, tentunya kita harus tengok kanan, kiri atas dan bawah kan, lho?hehe. dua yg terakhir disebutkan jangan ditiru, cuma untuk kalangan terbatas A.K.A orang gajebo:P. yups seperti itulah prosedur yg baik untuk menyeberang agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti halnya tertabrak kendaraan yang beralalu lalang dijalan tersebut. Mungkin dari contoh prosedur menyeberang jalan tersebut, kita bisa membandingkannya dengan sikap guru dalam berbicara dengan siswa, yaitu harus lihat situasi dan kondisi siswa, jangan asal bunyi, kayak bunyi peluit wasit Liga Indonesia, hehehe. Pernah suatu ketika gw mendapati situasi yang menghasilkan perasaan yang tidak enak kepada siswa yang bersangkutan (bukan kebelet ingin ke belakang yaw:P). Jadi awal mulanya begini,
Gw: "Muti (siswa), coba kamu artikan arti forbidden city aPA?
Siswa: "gak tau, pak!!!!!(#ngomongna sambil sedikit keras manja2 gitu dah^_^ maklum baru masuk SMA)"
Gw: "parah kamu mah, masa gitu aja gak tau c!!!!"
Siswa: "#diam mukanya langsung cembetut gak jelas dan pergi ngeloyor diam seribu basa"
Gw: (#dalam benak gw, gw teringat bahwa dia walau cerdas namun kemampuan englishnya kurang,waduh nyesel gw keceplosan ngomong Parah :( )
Nah dari situ kita dapat ambil hikmahnya bahwa kita harus berhati-hati dalam memilah dan memilih kata untuk menyampaikan sesuatu hal kepada siswa. karena mungkin saja kata-kata yang kita gunakan diinterpretasikan berbeda oleh siswa-siswa kita, dan mungkin saja hal tersebut bakal menjadi sebuah labelling  (masih ingat kan istilah labelling dalam ilmu sosiologi ) bagi  siswa tersebut.padahal belum tentu apa yang kita sampaikan seperti kata yg gw sebutkan seperti kata "parah" menunjuk suatu hal yg negatif bagi siswa gw itu (lagi mencoba untuk ngeles neah:P), tapi bisa jadi bakal membawa dampak yang tidak bagus bagi perkembangan Psikologi siswa tersebut apabila guru tidak langsung meminta maaf atau setidaknya menjelaskan maksud dari perkataan yang telah terlanjur terucap.

Catatan Guru Edan#19: Guru Juga Manusia, Punya Hati, Punya Emosi!


"Sehebat hebatnya tupai melompat pasti akan jatuh juga", masih inget banget gw dengan pepatah yang dikirimkan lewat sms oleh teman kuliah gw tanpa tudung elang eling maksudnya apa , but its okeij, i dont blame him. nah pepatah itu yang mau gw angkat dalam kisah guru edan kali ini. sepandai-pandainya guru dapat menahan emosi, pasti bakal pecah dan meledak juga amarah yang timbul akibat terus-menerus menahan emosi (bukan menahan mw pup la yau:P).

Nah pernah suatu waktu gw mengalami moment berat ini, ceritanya bermula dari suatu yaitu dimana gw gak bisa sarapan di pagi hari, motor ngadat di tengah jalan, ketemu cewek cakep terus kenalan, eh salah naskah ini mah, hehehe. balik lagi qt ke cerita, dah motor ngadat di tengah jalan, akhirnya telat nyampe di sekolah. ehhh di ruang kelas, anak-anak bikin ulah, mentang-mentang mau liburan cuz besokna harpitnas, jadi mereka pada gak mau belajar, hadeuh2, so lame:P.

Jadilah gw mengikuti gaya mereka, walaupun tidak terlalu serta merta menuruti mau mereka, gw tetap menjaga mereka untuk tidak keluyuran ke luar kelas. meskipun dah SMA n mulai tumbuh jenggot dan kumis tapi tetep ja yang namanya bocah maunya maen-maen mulu,saat  itu kelas dah layaknya kapal titanic yang mau pecah kebelah dua waktu pas bagian endingnya.okeh pas disitu gw masih bisa sabar, ada yang maen toyor2an, oke gw gak marahi mereka cuma memisahkan dan ngucap istigfar, :(. Murid2 cewek juga sama bandelnya, ngegosip heboh sampe teriak2an histeris kayak orang menang togel 4 angka:P, dari situ masih kalem n zikir gw perbanyak. eh ketika gw bengong sebentar, ada buku yang tiba2 melayang ke kepala gw, dari kejadian ituh otak dah mulai ngebul kayak asap knalpot bajaj rawamangun dah tuh, dah gak bisa nahan lagi, gw berhenti zikir dan ngucap bismillah, lalu dgn sekejap gw pukul whiteboard sekencang-kencangnya, praaakkkkkkkkk,sambil mata gw melotot selebar2nya layaknya Hedwig burung hantunya Harry potter. seketika suasana hening kayak kuburan di malem jumat kliwon:P.

Baru mereka pada nyadar dan duduk di tempat kembali tanpa gw berkata apa-apa, apalagi memerintah. (#sambil menghela napas) gw pun mengerti gak da gunanya juga dinasehati karena menurut gw nasehat ituh tidak hanya sebuah ucapan yang keluar dari mulut guru, tetapi juga bisa dengan sebuah tindakan apabila batas2 kesabaran qt sudah terlampaui. pesan gw, dont try that @ your class (secara, abis keluar dari kelas itu tangan gw keseleo n jadi biru, ninju whiteboardnya kekencangan, untung gak retak, kalo iyah, gaji gw bisa dipotong buat gantiin tuh papan tulis, hehehe).

Rabu, 04 April 2012

"kau wanita: ku puja, ku tergila"

Pertama kali jumpa terasa tak ada yang istimewa
Dua tiga kali bertemu ku pun tetap merana
sampai suatu waktu kau membuatku tergila
seakan dunia yang kutempati kembali penuh warna
         kau mungkin bagi yang lain hanyalah biasa
         layaknya wanita yang cantik akan rupa
         tapi bagi hati kau terasa sangat berbeda
         ketika kau tersenyum, terlihat sarat makna
         gigimu yang lucu selalu ku merindunya ^_^
ahh, tak pernah berdaya aku dalam kondisi begini
tak kan punya kuasa aku tuk memiliki
bahkan menulis puisi pun ku tak bernyali
apalagi mendekatimu, ku mungkin bakal mati
         cuma berharap kau tahu segala isi hatiku
         walau mungkin jawabannya kan buat ku meragu
          tak apalah ini mungkin sudah bagian dari takdirku
          jika memang begitu, tinggal satu pintaku
tetaplah tersenyum dimana kau berada
karena gigi lucumu membuatku bahagia
walau memilikimu (mungkin) tak kan bisa
tetap kau lah wanita yang ku puja
yang  membuat hati selalu tergila




dedicated 4 the turqoise girl - ^_^ -

Kamis, 16 Februari 2012

Catatan Guru Edan#27: Berada di Bawah, (Bukan) Berarti Gampang Menyerah





Miris juga melihat salah satu sekolah di sudut kota besar yang memiliki fasilitas tak bisa disebut telah “memadai”. Tiap ruang kelasnya hanya dihiasi oleh Blackboard yang harus ditulis dengan menggunakan kapur, lapangannya pun beralaskan tanah lempung, bukan terbuat dari coneblock ataupun beton. Semua kekurangan tersebut ditambah lagi dengan ketiadaan fasilitas penunjang gurunya seperti multimedia projector, jangankan barang tersebut, OHP pun mungkin saja tidak dimiliki. Sekolah yang kita bicarakan ini bisa dikatakan sebagai suatu bukti bahwa kisah seperti dalam novel “Laskar Pelangi” benar-benar ada dan bukan hanya karangan imjinatif Andrea.
Namun seperti pepatah-pepatah orang-orang bijak terdahulu, “don’t jugde the book by the cover”, jangan karena fasilitas yang serba minim tadi, siswa dan guru yang berada di sekolah tersebut dianggap jauh dibawah standardisasi pendidika. Buktinya mereka sangat antusias untuk tetap bersekolah seperti siswa-siswa kebanyakan yang dari sedkolah lain. Aktivitas harian di sekolah tersebut pun tidak bisa dikatakan biasa-biasa saja, contohnya tiap pagi didahulukan dengan mengaji bersama, bersikap santun kepada orang atau pengajar yang baru dikenal atau dilihat, bahkan tetap semangat dan punya kemaua inggi walau harus pulang larut malam untuk mengikuti pelajaran praktek karena harus menumpang di sekolah lain (kelas prakteknya dipakai oleh sekolah yang bersangkutan pagi hingga sore hari).
Semua deskripsi di atas bergerak ke arah 180º ketika kita membicarakan sekolah-sekolah-sekolah yang masih dalam satu wilayah denga sekolah tadi tetapi sudahb bertitel RSBI (bukan singkatan dari Rumah Sakit bersalin Indonesia lhoo yaaaa :P ). Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sekolah bertitel RSBI memiliki fasilitas yag serba waah an tak kekurangan satu apapun, mulai dari ruangan yang ber-AC, Multimedia Projector di setiap kelasnya, lantainya pun beralaskan keramik sampai dengan guru yang hampir semua sudah diakreditasi. Namun selalu ada kata tetapi lagi dari semua kondisi yang hampir mendekati kesempurnaan ini, yaitu objek pendidikannya alias siswanya belum sepenuhnya sesuai dengan harapan yang didamba-dambakan, masih banyak siswa bersekolah di RSBI tak tahu dimana letak Negara Turki dan Yunani apabila diberikan sebuah Peta (mungkin tambah bingung apabila ditanya letak selatan dan timur pada peta, hehehe), tak bisa menjumlahkan bilangan (-) dikali dengan bilangan (+) ataupun yang paling “parah”, membaca Surah Al Fatihah pun ada ayat yang terlewat, huuuffft.
Segala kekuarangan-kekuarangan tersebut memang bukan sepenuhnya salah dari guru yang mengajar di sekolah RSBI, tetapi mungkin saja disebabkan oleh faktor “X”, faktor “X” yang dimaksud disini adalah faktor yang hanya dimiliki oleh siswa yang sekolahnya memiliki banyak kekurangan yaitu semangat untuk belajar dan pantang menyerah dengan kondisi yang dimiliki. (salute to all students and teachers in SMKN 1 SoreangJ).

Rabu, 08 Februari 2012

Catatan Guru Edan #26: Diskriminasi yang (Masih) Terjadi




Jikalau kita ingin membeli suatu barang dimana pun dan kapan pun, pastilah kita akan mengecek fisik dan kualitas barang tersedbut. Apakah fisik kualitas barangnya (KW) I atau II bahkan III (naha jadi kayak forum jual beli, euy:P). setelah fisiknya sudah kita ketahui maka yang selanjutnya kita harus cek adalah harga barang tersebut, apakah layak dan sebanding dengan fisiknya, atau malah melenceng jauh dari gawang,eh salah dari perkiraan(dah kaya tendangan penalty yang gagal ajah, hehe). Yah tapi itulah metode lazimnya membeli sebuah barang di negeri yang kita tempati ini, penuh dengan prasyarat untuk memilih ketika mengeluarkan uang (secara kalo masalah uang mah, orang Indonesia getol dengan semboyan ini, friends are number one, families are the everything, but money are still money.wkwkwk). malah kalau bisa membeli sesuatu tuh harus yang kualitasnya numero uno tapi harganya gak neko-neko (maksudnya murah), hari gene nyari yang kayak gitu, dimana, bung?????.

Metode pilah-pilih seperti itu memang ada gunanya juga di zaman seperti sekarang yang serba sulit dan kita tidak pungkiri , kita pun secara sadar atau tidak sadar melakukannya. Namun bila hal tersebut diterapkan di dunia pendidikan hasil atau dampaknya pun akan beda dengan intro di atas, bisa jadi mungkin cendering negatif. Yang dimaksud pilah-pilih (baca: diskriminasi) dalam dunia pendidikan adalah ketika seorang guru atau pengajar membedakan perlakuan dan layanan oleh dirinya kepada siswa. Contoh ketika misalkan si A diberi pelayanan yang ekstra oleh seorang guru melebihi dari siswa lainya entah karena siswa yang dimaksud itu ganteng/cantik ataupun pintar, lalu sang siswa pun mendapatkan bimbingan di luar kelas secara terus-menerus, dibantu untuk mengerjakan PR, tugas dan ulangan, serta kalau gak dapat angkot lalu sang guru mengantar pulang ke rumah siswa (ini guru apa tukang ojek:P).

Hal-hal tersebut bakal mejadi batu sandungan seorang guru atau pengajar untuk nantinya menjadi guru yang digugu dan ditiru (diteladani) oleh siswa, kenapa karena ketika kita sebagai seorang pengajar melakukan hal tersebut, maka yang paling gampang didapat adalah kita di mata siswa-siswa yang lain sudah dilabeli sebagai guru yang tidak professional karena hanya melayani dan memberikan pengajaran kepada yang itu-itu saja.bukan maksud untuk menjadi seseorang yang naïf  cuma ketika kita misalkan telah terlanjur melakukan hal tersebut ada baiknya kita menginstropeksi diri kita sendiri (penulis juga termasuk di dalamnya). Supaya hal diskriminasi tersebut tidak terjadi maka kita harus lihat beberapa poin cir-ciri menjadi yang guru professional menurut Davis Thomas (1997) yaitu:
  1. Memiliki hubungan baik dengan siswa
  2. Mampu menerima, mengakui dan memperhatikan siswa secara tulus.
Dua poin inilah yang menjadi pegangan kita untuk tidak melakukan diskriminasi kepada siswa, apabila hal tersebut diabaikan maka siap-siaplah menjadi guru berlabel “pilah-pilih” (Nauzubillahi minzalik).

Rabu, 01 Februari 2012

CATATAN GURU EDAN #25: KEEP SMILE, PLEASE……





Kalo di Islam, Ibadah yang paling gampang dilakukan adalah senyum apabila bertemu dengan orang lain. Jika bertemu di jalan dengan teman di jalan kita senyum, di angkot juga kalo bertemu dengan orang yang kita belum kenal juga senyum, pokona mah senyum wae, asal jangan 24 jam senyum terus-terusan, nanti disangka baru sembuh lagi dari Grogol :P.

Mengapa senyum itu penting dan membuat awet muda, karena dengan tersenyum kita hanya membutuhkan kurang lebih sekitar 100 otot diwajah tampan atau cantik yang kita punya(pasti yang baca ke-geer-an neah, hehehe), namun lain halnya kalo kita sedang marah, otomatis wajah kita pun jadi cemberut bin cembetut kan, maka otot di wajah pun lebih banyak dua kali lipatnya yang dipergunakan sehingga katanya sich kita bisa cepat tua neah.

By the way Senyum juga menjadi cara yang sangat efektif untuk mencairkan suasana di ruang kelas, contohnya ketika guru datang memasuki ruang kelas diharuskan yang pertama dilakukan adalah meampilkan wajah yang ceria disertai senyuman kepada siswa-siswanya agar siswa selalu merasa bahwa kita adalah orang yang ingin mendidik dan mengajarnya bukan disangka algojo yang ingin memenggal kepala terdakwa yang ingin dihukum mati (kebayangkan kalo guru tiap masuk kelas wajahnya cemberut teu pararuguh jadi hampir sama tuh ma algojo:P)

Tetapi senyum juga bisa menjadi sebuah hal yang memiliki sisi ambiguitas apabila ada siswa yang menganggap bahwa senyum yang kita berikan itu dimaknai sebagai cari muka atau istilah kerennya mah tebar pesona. Ini kondisi yang parah padahal mah kita lakukan senyum untuk mengakrabkan diri antara guru dengan siswa tapi di lapangan mah banyak siswa yang menganggap negatip seperti itu. Contoh kaskus (cendol, gan), eh kasus maksudnya ada siswa lelaki yang suka sama siswi perempuan yang penulis ajar, layaknya seorang guru kita harus selalu menyapa dengan senyuman kepada setiap murid, namun sikap tersebut malah ditanggapi lain oleh siswa laki-laki tersebut, dianggapnya bapak guru tebar pesona terus lah, cari muka lah (mangnya muka saya kemana ya dicari….kayaknya sejak lahir terus dibawa dech, hehe). But we don’t have to blame, itulah realita sosial yang ada, apa yang kita anggap baik belum tentu orang lain menganggapnya sama seperti yang kita pikirkan. No matter what it takes, keep smile, guys………

Senin, 02 Januari 2012

Catatan Guru Edan#20:"Hari Gene Guru Gak Bisa Bahasa Inggris??Bisa Digurui Murid Dunk"




Entah apa yg terlintas dalam benak gw, ketika ditanya oleh seorang teman kuliah tentang bagaimana strategi gw lulus tes TOEFL. Nah gw ceritain dulu neh latar belakangnya,di (mantan) kampus gw dulu, tes TOEFLl merupakan salah satu dr rangkaian tes yg harus dijalanin tuk mendapatkan gelar S.Pd a.k.a Sarjana Penuh Derita, ups keceplosan :p(#gaya bicarana kayak pak RT di pelem Islam KTP). Jadi kalo mahasiswa yg belum lulus tes tersebut maka konsekuensina dy gak kan bisa dapetin ijazahna (ditahan oleh pihak kampus, ckckckc, segitunya yak), ngenes bet kan. Dah kuliah lama, mw keluar pun dipersulit, hehe. Nah itulah yg jadi bekgron ceritanya, maap kalo kaya penggarisan guru matematik yak, panjang bgt.he5.
Nah pernah suatu ketika ditanya ma temen gw yg gak lulus2 tes begini:"cuy lw ko bisa lulus tes toefl c, padahal kan gak belajar malem sebelom tes, gmana caranya?". Gw pun menjawab dengan enteng:"yah banyak2in ajah denger musik barat n pelem2 berbahasa Inggris!". Temen gw itu rada2 gak percaya gtu, ya sudah gw pun gak debatin, lah emang kenyataannya begitu c,hehe.
Mungkin dari kejadian itu kita bisa ambil hikmahnya bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yg memang sesuatu yg harus wajib dipelajari dan dipergunakan dlm kehidupan sehari2, apalagi kita sebagai pengajar yg notabene haus akan ilmu, bahasa Inggris ibarat peluru yg akan kita gunakan tuk berburu di hutan. Apabila qt tidak menggunakan peluru tersebut maka sia sia lah senapan yg qt bawa dan yg qt dapatkan adalah rasa lapar di hutan. Jadi untuk guru2 yg masih mampu tuk belajar jangan jadikan bahasa Inggris sebagai beban, tapi jadikan sebagai seorang teman,yg bisa menemani qt menuju ilmu pengetahuan. Supaya bahasa Inggris bisa menjadi teman, qt pun tidak perlu bingung apalgi jadi penakut, apakah harus mengikuti tips saya di awal2 tulisan ini, karena dah banyak menjamur ko kursus2 dan pelatihan2 bahasa asing yg mudah n murah. So...buat guru-guru ga mw kan dibilang guru biasa2 ajah alias ordinary bisanya bahasa indonesia ajah, maka itu jadilah guru yg paham bahasa Inggris atw asing,supaya bisa jadi guru yg Xtraordinary.gambatte:)


Catatan Guru Edan#21:"Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya"



Judul di atas mungkin bagi sebagian orang cuma sebuah peribahasa yg sering diperdengarkan baik di buku atwpun di media elektronik, seperti tv dan radio. Namun bagi lulusan eks IKIP yg memang ingin mendedikasikan dirinya di dunia pendidikan, profesi mengajar adalah sebuah panggilan yg gak mungkin bisa terelakkan. Meskipun orang tersebut sudah mendapatkan materi atw kepuasan batin yg cukup dari pekerjaan "murtadnya",  namun pasti dy pun kan berpikir bahwa ketika kuliah di kampus eks IKIP yg telah menghabiskan lebih dari 100 sks di mata kuliah kependidikannya tak kan mungkin bisa terlupakan bagaimana cara dy menjadi seorang pengajar dan pendidik. So pasti dy pun gak bisa jauh dari dunia yg telah menggembleng selama kurang lebih 4-5 tahun (bagi yg normal kuliahnya, kalo aktipis mah wallahualam:)) untuk menjadi seorang pendidik. Bahkan yang bukan lulusan eks IKIP pun sekarang mulai ikut dalam perlombaan untuk menjadi pendidik,titel sebagai guru memang menjadi primadona sekarang, mungkin hampir sejajar dengan pemain timnas yg dielu2kan walaupun prestasinya cuma  dapat duduk di bangku Runner Up terus :p. Paling tidak dari kondisi seperti itu kita dapat ambil benang merah bahwa lulusan eks IKIP tak kan jauh dan (ingin) selalu berjibaku di dunia pendidikan. HIDUP IKIP, GO GO Educate :) :) :)